Sedikit aku terusik dengan semua ini. Sangat melelahkan
sebenarnya. Sangat lelah. Sesuatu yang tak harus aku pikirkan. Kenapa aku masih
meneruskannya?. Karena aku sulit utuk berhenti. Hampir sangat sulit bagiku
untuk menyelesaikannya. Dan, aku seorang yang pemikir. Sampai akhirnya
segalanya terakumulasi menjadi suatu udara yang sangat sesak. Sesak sekali.
Kepenatanku akhir-akhir ini membuat aku ingin tidur dan tak ingin ada yang
menggangguku. Bukan aku bosan dengan hidup. Masalah baru. Hanya saja aku yang selalu
tersungkur terlebih dahulu. Aku bertahan dengan itu. Bodoh kan?. Itu aku.
Masalah yang paling aku antipat dan sangat aku takuti adalah teman. Teman,
teman-teman. Dia, mereka adalah buku pelajaran hidupku. Aku belajar dari hidup
mereka. Cerita mereka. Ucapan mereka. Dengan ini aku menyerah. Aku mau egois.
Tapi apa aku ini?. Aku salah?. Kenapa aku yang selalu salah. Kenapa aku yang
harus mengalah?. Apa aku terlalu baik?. Bukan itu. Aku pengecut. Lebih kecut
dari ketek kambing. Yah, masalah teman membuat aku berpikir keras bagaimana
mengembalikan semuanya. Seperti semula. Dari aku, aku seorang yang canggug.
Yang sangat jaim untuk mengembalikan seperti semula. Ah, aku ini bingung
dengan aku sendiri. Manusia yang tak berprinsip dan bereteori. Apa yang aku ingin
tak kuimbangi dengan usaha. Jarang. Aku ini apa sih?.
Masalah kedua. Teman juga, tapi bukan seciri. Dengarkan
manusia yang aku maksud!. Aku sudah mengakumulasi semua informasi yang datang
dari berbagai pihak dan media, dan menyimpulkan satu kesimpulan. Hampir setiap
hari aku mengingat. Semua yang nyata dan yang maya. Tentangnya. Satu kesimpulan
ini adalah tentang jari-jari (berinisial depan). Aku punya bukumu. Kau
tuliskan nama jari-jari disitu. Sangkaku itu Cuma kebetulan. Dan nama
itu sangat lama aku temukan. Fakta kedua, ketika aku mengirim suatu pesan
padamu, kau kira aku jari-jari, aku masih belum curiga. Satu informasi
yang datang padaku saat itu, kalian bertukar barang. Entah itu untuk apa. Aku
husnudhon saja. Fakta berikutnya, dari manusia lain, kau berkatanya dengan jari-jari
itu ada makna. Fakta lain, aku melihat tulisan temanmu, menyebutkan jari-jari,
berinisial juga di pesanmu. Fakta
terakhir yang SANGAT MENGGANGGUKU kau menyatakan pada jari-jari. Awal
hari aku sudah mendengar kabar yang tak enak. Pantas alasan itu menggangguku.
Aku kombinasikan semua fakta itu. Kamu masih ada dengan jari-jari.
Yang paling aku ingat, kau selalu mengatakan “tunggu waktu
yang tepat”, hey, aku tidak sedang menunggumu, aku juga tidak sedang berharap
padamu. Dan aku tidak mempertanyakan suatu hal padamu tentang pernyataanmu itu.
Tiba-tiba kau bilang seperti itu. Mungkin dari kesimpulan fakta itu aku kau
suruh menunggu pudarmu dengan jari-jari?. INGAT, hal itu tak akan pernah
terjadi. Seperti kata maharku da teman pulangku. Aku akan hilang ingatanku ini
ketika aku akan jauh darimu. Dan aku SANGAT berharap itu secepatnya terjadi.
Jauh dan ada yang lebih baik. Begitu juga denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar