Aku tahu
wajahnya. Aku tahu rambutnya. Aku tahu
pundaknya. Aku tahu tangannya. Aku tahu punggungnya. Aku tahu kakinya. Aku tahu badannya
Aku tahu
dia
Aku tahu
geraknya. Aku tahu tujuannya. Aku tahu arahnya. Aku tahu caranya berpikir. Aku
tahu keinginannya. Aku tahu tentangnya.
Aku tahu
dia
Tidak
juga indah. Tapi sangat terkesan.
Hanya
bagiku saja
Sekali
menatap, bayangannya langsung terjatuh
Juga
hatiku
Dan pada
akhirnya aku sendirilah yang membuat sakit
Lalu aku
pergi
Bukan pertama kalinya aku
mengalami seperti ini. Satu rasa dimana aku mengalami hal yang wajar yang
dimiliki setiap manusia. Aku jatuh cinta. Cukup satu kata itu mewakili seluruh
perasaanku saat ini. Seseorang yang hampir setiap harinya aku perhatikan. Dan
hampir hapal pula semua tentangnya. Tentang hidup dan semua yang terjadi saat
ini. Caraku untuk mendapatkan segala tentangnya sangat banyak. Tanpa aku
meminta, semua terkirim padaku. Dengan bentuk apapun. Dari masa lalunya.
Sesuatu yang terjadi saat ini. Dan apa mimpinya. Semua tentangnya sampai pada
telinga dan mataku. Tapi apa manfaatnya? sampai sekarang aku juga belum tahu
apa guna semua ini. Tapi tak apalah. Aku anggap sebagai hal yang wajar saja.
Sangat wajar. Sugesti yang membuat tentangnya itu lebih mudah aku dapat.
Tingkahku mudah terbaca. Sehingga
semua orang tahu tanpa aku menyerukannya. Irit suara untukku. Diamku malah
menjadikan apa yang terjadi padaku membuahkan berbagai cerita yang tersekat.
Jauh berbeda dari kenyataan yang aku alami sendiri. Sedangkan aku yang terus tak
bisa menyerukan bahwa semua ketidakbenaran itu diralat. Ah, aku pusing. Aku
semakin jenuh. Saat dia benar-benar membuatku terbakar. Awalnya tidak sengaja.
Tapi setelah dia tahu aku terbakar, dia tambah menyiramiku minyak tanah.
Sungguh, aku tak tahu apa maunya.
Dia sudah tahu apa yang sedang
nyata dalam hidupku. Katanya, seorang wanita suatu saat akan mengungkapkan
semua perasaannya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Sebab aku seorang wanita,
aku anggap itu hal yang wajar. Semua harus dikembalikan pada kewajaran. Semakin
hari semakin aku terbakar karena minyak tanahnya sehabitatku. Tapi di sela api
itu kadang dia memberi lawan api. Mungkin karena kasihan saja. Aku yakin karena
kasihan.
Sampai akhirnya aku cukup lelah
dan aku semakin usang tak berbentuk rapih. Tak apalah menjadi abu. Daripada
semakin aku tiada. Segala perbandingan telah aku matangkan. Sudah aku
perhitungkan dan prediksikan. Demi kebaikanku dan kebaikannya. Aku berlari
jauh. Jauh dan tak terjangkau dari sekarang. Tapi aku yakin, aku akan kembali.
Tapi bukan seperti semula. Yang penting aku aku kembali. Melihat dulu apa yang
ada di hadapanku saat ini.
Demi aku sendiri.
Dan masaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar